Thursday, May 14, 2009

AWAS SERANGAN VIRUS BABI


Akhir April 2009 dunia dihebohkan dengan terjadinya serangan swine flu atau flu babi di wilayah Meksiko. Selain karena jumlah korban yang terus meningkat, penyebaran penyakit virus ini pun tergolong cepat. Hingga tanggal 27 April ini Yahoo! News melansir bahwa hampir 2000 orang di Meksiko diduga terinfeksi flu babi dan 149 diantaranya meninggal dunia. Di Amerika Serikat, CDC melaporkan bahwa kasusnya membengkak menjadi 40, yaitu di New York, Ohio, Kansas, Texas dan California. Total seluruh dunia ada 73 kasus, termasuk enam di Kanada, satu di Spanyol dan dua di Skotlandia. Dan jumlah ini dikhawatirkan akan terus bertambah mengingat belum ada tanda-tanda serangan virus ganas ini akan segera berakhir.
Guna menyikapi hal tersebut, WHO sudah menaikkan tingkat kewaspadaan menjadi Fase 4 yang berarti bahwa dimungkinkan adanya penularan virus penyebab outbreak antar manusia setidaknya di satu negara. Beberapa hari berikutnya status tersebut kembali naik menjadi fase 5 dari 6 fase pandemic. Fase 5 berarti penyebaran virus dari manusia ke manusia di dua atau lebih negara yang berada dalam wilayah WHO. Meskipun tentu saja kita berharap serangan virus ini tidak sampai naik tingkat lagi seperti yang dikhawatirkan.

Virus Flu Babi, Punya Unsur Genetik Baru
Sebelum membahas lebih detail virus flu babi, ada baiknya Anda membaca artikel
“Mengenal Virus Influensa” lebih dulu.
Dari tiga kelompok Influenzavirus yang b
iasa menyerang manusia, hanya Influenzavirus A (umum) dan C (jarang) yang biasa menyerang babi. Influenzavirus A yang menyerang pun hanya subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2 dan H2N3. Dan yang sekarang ini bikin heboh adalah subtype H1N1 yang diduga sudah mengalami modifikasi unsur-unsur genetik. Hii, serem gak sih?

Apa yang di katakan unsur genetik itu? Begini, seperti kita ketahui setiap makhluk hidup memiliki unsur genetik (biasanya DNA) yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan, misalnya ‘menentukan’ bentuk tubuh manusia itu seperti apa, atau bagaimana bentuk dan warna bunga pada tumbuhan, dll. Virus flu sedikit berbeda, unsur genetiknya adalah RNA, bukan DNA. Unsur genetik pada virus flu terutama berperan untuk mengatur bagaimana virus tersebut dapat menginfeksi sel pada tubuh inangnya, bagaimana dia memperbanyak diri, bagaimana cara dia keluar dari sel inang untuk menyerang sel-sel lainnya dan bagaimana dia bisa bertahan dari serangan antibodi yang ada pada si inang tersebut. Itu semua diatur oleh unsur-unsur genetik berupa RNA tadi.

Struktur gen virus influenza
Struktur gen virus influenza
Genetic Origin of the 2009 swine flu virus
HA — Hemagglutinin — swine (H1) — North America
NA — Neuraminidase — swine (N1) — Europe
PA — Polymerase Acid — avian — North America
PB1 — Polymerase Basic Subunit 1 — human — 1993 H3N2 strain
PB2 — Polymerase Basic subunit 2 — avian — North America
NP — Nucleoprotein — swine — North America
M — Matrix protein M1, M2 — swine — Eurasia
NS — Non-structural proteins NS1, NEP — swine — North America
Source:
La fiche d’identité d’un virus inédit, Lemonde.fr.
Virus flu babi yang diisolasi dari pasien di US ditemukan terbuat dari unsur-unsur genetik yang berasal dari empat virus flu yang berbeda yaitu campuran dari virus flu babi Amerika Utara, avian flu Amerika Utara, flu manusia dan flu babi yang biasanya ditemukan di Asia dan Eropa, suatu campuran sekuen genetik yang tidak lazim. Dan virus yang baru ini nampaknya merupakan hasil ‘reassortment‘ dari virus flu manusia dan flu babi, dalam keempat strain yang berbeda dari subtipe H1N1. Karakterisasi genetic awal mengungkap bahwa gen hemagglutinin (HA) mirip dengan gen HA pada virus flu babi yang ada di USA sejak tahun 1999, sedangkan gen neuraminidase (NA) dan gen protein matriks (M) merupakan versi resemble yang ada pada isolate flu babi Eropa. Enam gen dari flu babi Amerika sendiri merupakan campuran virus flu babi, flu burung dan flu manusia. Mengingat virus dengan makeup genetik semacam ini belum pernah ditemukan sebelumnya, sehingga tidak ada sistem pengawasan nasional resmi untuk menentukan virus apa yang bersirkulasi pada babi di Amerika.
Mungkin jadi pertanyaan, kok bisa materi genetik virus tersebut saling ‘bercampur’ membentuk suatu strain virus yang baru, apalagi disinyalir berasal dari tiga benua yang secara geografis berjauhan? Memang begitulah virus, diantara makhluk-makhluk lain viruslah yang paling mudah mengalami mutasi (perubahan) unsur genetik. Mungkin ini merupakan salah satu strategi virus tersebut untuk bertahan hidup ditengah gempuran sistem imun si inangnya, jadi dengan bermutasi secara cepat dia akan lebih sulit dikenali oleh sistem imun tubuh inang.
Kembali ke virus baru nan heboh ini, karena virus ‘gado-gado’ ini belum pernah diisolasi dari hewan, maka World Organisation for Animal Health (OIE) mengajukan nama “North-American Influenza” alias Influenza Amerika Utara, lagipula secara historis virus ini memang pertama kali ditemukan di Amerika Utara. Belakangan WHO menggunakan nama Virus Influenza A (H1N1).
Tanda-tanda dan gejala
Gejala-gejala flu babi (influenza A H1N1)
Gejala-gejala flu babi (influenza A H1N1)
Menurut CDC, gejala penyakit flu babi pada manusia mirip dengan gejala flu pada umumnya. Gejalanya berupa:
demam
batuk
nyeri tenggorokan
sakit badan
sakit kepala
kedinginan
merasa lelah
Outbreak 2009 ini menunjukkan adanya peningkatan persentase pasien yang dilaporkan mengalami diare dan muntah-muntah.
Karena gejala yang tidak spesifik hanya untuk flu babi inilah maka untuk melakukan diagnosa diferensial dugaan flu babi memerlukan tidak hanya gejala saja tapi juga harus ada kemiripan yang tinggi dengan flu babi berdasarkan sejarah kontak orang tersebut.
Misalnya saja selama wabah flu babi 2009 di USA, CDC menganjurkan para dokter untuk “mempertimbangkan infeksi flu babi dengan diagnosis diferensial terhadap pasien dengan sakit pernafasan febrile akut baik yang pernah kontak dengan orang yang dikonfirmasi flu babi, atau yang pernah berada di negara bagian yang dilaporkan terkena wabah flu babi atau di mexico selama 7 hari sebelum terserang penyakit.” Diagnosis yang menyatakan konfirm flu babi memerlukan pengujian laboratorium terhadap sampel-sampel sistem pernafasan (swab dari hidung dan tenggorokan).
Pencegahan
Pencegahan flu babi memiliki tiga komponen: pencegahan pada babi, pencegahan penularan ke manusia, dan pencegahan penyebarannya diantara manusia.
Pencegahan pada babi
Flu babi telah menjadi masalah yang lebih besar pada dekade terakhir ini karena evolusi yang terjadi pada virus telah menyebabkan respon yang tidak konsisten terhadap vaksin-vaksin tradisional. Vaksin flu babi komersial yang standar efektif dalam mengendalikan infeksi ketika strain virusnya cukup match untuk mendapatkan cross-proteksi yang signifikan, dan vaksin-vaksin custom (autogenous) yang dibuat dari virus spesifik yang diisolasi diciptakan dan digunakan dalam kasus yang lebih rumit.
Strategi vaksinasi saat ini untuk pengendalian dan pencegahan Swine Influenza Virus (SIV) pada peternakan babi belum tentu 100% efektif, pasalnya daya proteksi vaksin sangat bergantung pada kemiripan antara virus vaksin dan virus epidemik.
Pencegahan transmisi dari babi ke manusia
Transmisi dari babi ke manusia terjadi pada umumnya di peternakan babi, tentu saja akibat kontak yang cukup dekat antara manusia dan babi hidup. Pada dasarnya strain virus flu babi tidak dapat menginfeksi manusia, namun kadang-kadang transmisi ini bisa juga terjadi, sehingga para peternak atau dokter hewan dianjurkan untuk memakai masker dan sarung tangan ketika berurusan dengan hewan yang terinfeksi. Cara paling umum untuk membatasi transmisi dari hewan ke manusia yaitu dengan penggunaan vaksin.
Pencegahan penyebaran pada manusia
Influenza menyebar diantara manusia melalui batuk atau bersin dan sentuhan pada sesuatu yang mengandung virus lalu menyentuh hidung atau mulutnya sendiri. Flu babi tidak dapat menyebar melalui produk-produk babi, karena virus tersebut tidak berpindah melalui makanan. Flu babi pada manusia paling mudah menular selama lima hari pertama sakit meskipun beberapa orang –umumnya anak-anak– bisa terus mudah menular hingga selama 10 hari. Diagnosis dapat dilakukan dengan mengirimkan sebuah spesimen –yang dikumpulkan selama lima hari pertama– ke CDC untuk dianalisis.
Rekomendasi untuk mencegah penyebaran virus diantara manusia termasuk penggunaan pengendalian infeksi standar terhadap influenza. Jadi sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air atau pencuci tangan berbahan dasar alkohol, khususnya jika setelah berada di tempat-tempat umum. Meskipun vaksin influenza trivalen saat ini nampaknya tidak memberikan perlindungan terhadap strain vaksin baru H1N1, vaksin baru untuk melawan strain baru ini sedang dikembangkan dan bisa segera siap kira-kira di bulan Juni 2009 ini.
Para ahli sependapat bahwa mencuci tangan dapat mencegah infeksi virus, termasuk virus flu biasa dan flu babi yang baru. Influenza dapat menyebar melalui batuk atau bersin, akan tetapi meningkatnya jumlah korban memperlihatkan bahwa partikel-partikel virus yang kecil itu dapat tetap hidup di atas meja, pesawat telepon dan permukaan-permukaan lain serta ditransfer melalui jari-jari ke mulut, hidung atau mata. Pembersih tangan berupa gel atau busa berbahan dasar alkohol dapat menghancurkan virus dan bakteri dengan baik. Setiap orang yang memiliki gejala mirip flu seperti demam mendadak, batuk atau nyeri otot harus menghindari tempat kerja atau transportasi publik dan harus menemui dokter untuk diperiksa.
Menjaga jarak sosial merupakan taktik pencegahan lainnya. Artinya Anda harus menjaga jarak dari orang lain yang mungkin terinfeksi, hindari kumpul-kumpul dengan banyak orang, tidak terlalu banyak berkeliaran di tempat kerja, atau mungkin sebisa mungkin tetap di rumah jika infeksi sudah menyebar di masyarakat sekitar.
Pengobatan
Tamiflu
Tamiflu
FDA telah mengizinkan penggunaan darurat beberapa perangkat diagnosis dan pengobatan untuk mengidentifikasi dan menangani virus flu babi pada keadaan tertentu, yaitu penggunaan obat antiviral Relenza dan Tamiflu, serta pengujian diagnostik panel menggunakan rRT-PCR.
CDC merekomendasikan penggunaan tamiflu (oseltamivir) atau Relenza (zanamivir) untuk pengobatan dan/atau pencegahan infeksi virus flu babi. Akan tetapi kebanyakan orang yang terinfeksi virus bisa sembuh tanpa memerlukan penanganan medis maupun obat-obatan antiviral. Virus isolat dari meksiko dan USA yang telah diuji ternyata resisten alias tahan terhadap amantadine dan rimantadine. Obat antiviral dalam hal ini dapat menurunkan rasa sakit dan membuat penderita lebih baik dalam waktu yang lebih singkat dan mencegah komplikasi flu yang serius. Sebaiknya obat ini segera dikonsumsi sejak dua hari setelah sakit (terkena gejala).
Stok Antiviral
Persediaan obat antiviral harus terus dipantau oleh setiap negara sebagai upaya prefentif. Pantau juga tanggal kadaluwarsa obat tersebut karena biasanya obat tersebut expire dalam waktu lima tahun setelah diproduksi.
Siap Siaga
Tak ada salahnya kita bersiap siaga meskipun sampai saat ini belum ditemukan kasus infeksi virus Influenza A (H1N1) di Indonesia dan berharap semoga wabah ini tidak terus menggila dan mampir di sekitar kita. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dengan baik. Pemerintah harus memberikan penyuluhan publik mengenai infeksi virus ini, menyiapkan strategi-strategi pencegahan dan penanganan darurat, menjaga stok obat antiviral, menyiapkan rumah sakit atau puskesmas rujukan. Masyarakat pun tidak perlu panik, cukup dengan menjaga dan melaksanakan gaya hidup bersih dan sehat, Insya Allah kita akan terbebas dari infeksi tersebut